Menjelajahi Tenis Lapangan Sejarah Awal Munculnya di Indonesia. Tenis lapangan adalah sport yang diperankan oleh dua orang pemain (singles) atau dua orang pasangan (ganda) di atas lapangan yang dipisahkan oleh jaring. Tujuan permainan adalah mengirim bola melewati jaring sehingga lawan tidak mampu mengembalikannya. Pemain menggunakan raket untuk memukul bola yang biasanya dipukul dari satu sisi lapangan ke sisi lawan, dengan usaha untuk mencetak poin. Tenis lapangan yaitu salah satu olahraga yang membutuhkan kecepatan, ketangkasan, kekuatan, dan strategi. Selain itu, tenis juga merupakan olahraga yang membutuhkan kebugaran fisik yang baik karena permainan yang intens dan berlangsung dalam waktu yang relatif lama. Permainan tenis lapangan sangat populer di seluruh dunia dan menjadi bagian dari berbagai event olahraga tingkat nasional dan internasional.
Sejarah Singkat: Awal Tenis Lapangan di Munculkan ke Indonesia
Menjelajahi Tenis Lapangan Sejarah Awal Munculnya di Indonesia. Tenis lapangan pertama kali dipublikasikan di Indonesia pada masa penjajahan Belanda. Para bangsawan Belanda lah yang membawa olahraga ini dan memainkannya di klub-klub elit. Awalnya, tenis hanya dimainkan oleh orang-orang Belanda dan kalangan atas pribumi.
Baru pada tahun 1920-an, tenis mulai berkembang di kalangan masyarakat umum. Sekolah-sekolah elit mulai memperkenalkan tenis sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler. Seiring waktu, semakin banyak orang yang tertarik dengan olahraga ini dan mulai bermunculan klub-klub tenis di berbagai daerah.
Pada tahun 1935, didirikanlah Persatuan Lawn Tenis Indonesia (Pelti) sebagai organisasi yang menaungi olahraga tenis di Indonesia. Pelti berperan penting dalam mengembangkan tenis di Indonesia, dengan menyelenggarakan berbagai pertandingan dan pelatihan.
Bermula pada saat itu, tenis menjadi berkembang pesat di Indonesia. Banyak petenis Indonesia yang berhasil meraih prestasi di tingkat internasional, seperti Yayuk Basuki, Wynne Prakusya, dan Angelique Kerber.
Peraturan Tenis Lapangan di Indonesia (1920-1935)
Pada tahun 1920-1935, peraturan tenis lapangan di Indonesia masih mengikuti aturan yang berlaku di Belanda. Berikut beberapa poin pentingnya:
Lapangan:
- Ukuran lapangan: 78 kaki (23,77 meter) x 27 kaki (8,23 meter) untuk tunggal, 36 kaki (10,97 meter) x 8,23 meter untuk ganda.
- Tinggi net: 4 kaki (1,22 meter) di sisi tiang dan 3 kaki (0,91 meter) di tengah.
Permainan:
- Sebuah pertandingan terdiri dari best of three set (tiga set terbaik).
- Setiap set terdiri dari six games (enam game).
- Untuk memenangkan game, pemain harus mencapai skor 4 poin dengan selisih minimal 2 poin.
- Deuce: Jika skor 40-40, pemain harus deuce.
- Advantage: Pemain yang memenangkan poin berikutnya mendapatkan advantage.
- Game: Pemain yang memenangkan advantage memenangkan game.
- Set: Pemain yang memenangkan enam game dengan selisih minimal 2 game memenangkan set.
- Tiebreak: Jika skor set 6-6, tiebreak dimainkan.
Servis:
- Servis harus dilakukan secara diagonal dan mendarat di kotak servis lawan.
- Pemain hanya memiliki satu kesempatan untuk melakukan servis yang sah.
Pengembalian bola:
- Bola harus dipukul sebelum menyentuh tanah dua kali.
- Pemain boleh memukul bola di udara atau setelah bola memantul sekali.
Peraturan ini masih tergolong sederhana dibandingkan peraturan tenis modern. Pada tahun 1935, Persatuan Lawn Tenis Indonesia (Pelti) didirikan dan mulai menerapkan peraturan yang lebih lengkap dan mengikuti perkembangan tenis internasional.
Tokoh-tokoh Tenis Lapangan Indonesia (1920-1935)
Pada tahun 1920-1935, beberapa tokoh tenis lapangan Indonesia yang terkenal antara lain:
Pria:
- Sutedjo: Juara nasional sebanyak 7 kali (1928-1934).
- R. Soedjono: Juara nasional sebanyak 2 kali (1926, 1930).
- Herman Soedarmadji: Juara nasional sebanyak 1 kali (1935).
Wanita:
- Njoo Kiem Nio: Juara nasional sebanyak 5 kali (1928-1932).
- Tan Tjeng Siang: Juara nasional sebanyak 2 kali (1933, 1934).
- Soetijah: Juara nasional sebanyak 1 kali (1935).
Para tokoh ini berperan penting dalam mempopulerkan tenis di Indonesia dan mengantarkan Indonesia ke kancah internasional. Mereka bertanding di berbagai turnamen di Asia Tenggara dan Eropa, dan beberapa di antaranya meraih prestasi yang membanggakan.
Selain nama-nama di atas, masih banyak tokoh lain yang berjasa dalam perkembangan tenis di Indonesia pada masa itu. Kontribusi mereka membantu membangun fondasi tenis Indonesia yang kokoh dan menjadi inspirasi bagi generasi penerus.
Sejarah Singkat Berdirinya Persatuan Tenis Lapangan Seluruh Indonesia (PELTI)
Pada tanggal 26 Desember 1935, Persatuan Lawn Tennis Indonesia (PELTI) didirikan di Semarang. Pendirian PELTI diprakarsai oleh Mr. Budiyanto Martoatmodjo, seorang tokoh tenis dari Jember. Pada saat itu, meskipun dibayangi oleh kolonialisme Belanda, semangat para pemuda Indonesia untuk mengembangkan tenis tidak surut.
Dukungan terhadap pendirian PELTI datang dari berbagai kota di Jawa dan Sumatera, seperti Bandung, Jakarta, Surabaya, Purwokerto, dan Medan. Tokoh-tokoh yang terlibat dalam pendirian PELTI antara lain Dr. Buntaran Martoatmodjo, Dr. Rasjid, Dr. Mokhtar, Dr. Sardjito, R.M. Soeprapto, Nitiprodjo, dan Berta Mr. Oesman Sastroamidjojo.
Tujuan utama dibentuknya PELTI adalah untuk:
- Supaya mempresentasikan permainan tenis oleh bangsa sendiri.
- Mempertalikan silaturahmi pada pecinta tenis di seluruh tanah air dan negara lain.
- Menebarkan regulasi permainan tenis.
- Memberikan bantuan dalam pembuatan lapangan tenis.
- Mengadakan dan mengatur pertandingan tenis.
- Memasarkan permainan tenis kepada masyarakat luas.
Sejak didirikan, PELTI telah memainkan peran penting dalam mengembangkan tenis di Indonesia. PELTI mengadakan berbagai macam turnamen dan program pelatihan, serta mengelola Indonesia di berbagai ajang internasional. Berkat kerja keras PELTI, tenis kini menjadi salah satu olahraga populer di Indonesia dengan banyak prestasi gemilang di kancah internasional.
Kesimpulan:
Tenis lapangan kini menjadi salah satu olahraga populer di Indonesia yang dinikmati oleh berbagai kalangan masyarakat. Perkembangan tenis di Indonesia membuktikan bagaimana olahraga ini merupakan bagian dari budaya dan gaya hidup masyarakat.